01/10/2025

Tarif Listrik di Berbagai Negara dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya

Menyambut Hari Listrik Nasional tanggal 27 Oktober 2025, maka penulis membuat artikel seputar kelistrikan, kali ini yang dibahas adalah besaran tarif listrik non-subsidi di berbagai negara yang bisa berbeda-beda (tidak ada standar) bergantung dari kebijakan pemerintah setempat. Untuk melakukan perbandingan tarif listrik antar negara, acuan yang digunakan adalah per kWh (kilo-watt hour), merupakan satuan untuk mengukur energi listrik. 1 kWh sama dengan energi yang digunakan oleh alat dengan saya 1000 watt selama 1 jam.


Tarif listrik, khususnya non-subsidi di berbagai negara bervariasi. Termahal di Bermuda, Irlandia, dan Italia (Rp 6600-7300 per kWh).

Termurah di Ethiopia, Iran, dan Sudah (di bawah Rp 100 per kWh.


Bagaimana dengan tarif listrik di Indonesia? Tarif listrik, khususnya non-subsidi di Indonesia di kisaran Rp 996-1699 per kWh, itupun tergantung golongannya yang mengacu pada besaran daya. Misal untuk rumah tangga dengan daya 900 Volt-ampere (VA) sebesar Rp 1352 per kWh, daya 1300 & 2200 VA sebesar Rp 1444 per kWh, daya 3500 VA atau lebih sebesar Rp 1699 per kWh. Jika dibandingkan Italia, maka tarif listrik di Indonesia hanya 1/4 nya saja. Tentu saja standar penentuan tarif listrik di setiap negara berbeda.


Bagaimana dengan tarif listrik di negara tetangga serumpun, Malaysia? Ternyata dengan penduduk yang lebih sejahtera, tarif listriknya lebih murah dari Indonesia, sebesar Rp 725 per kWh dan berlaku tarif progresif dimana jika semakin banyak (boros) penggunaan listriknya, maka tarif listriknya akan semakin tinggi. 

Lalu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besaran tarif listrik bisa berbeda di berbagai negara?

1. Nilai tukar mata uang, apalagi jika bahan bakunya impor

2. Inflasi, biasanya diawali kenaikan komponen biaya perumahan, air, listrik, dan bahan bakar. Semuanya itu saling berkaitan,. Jika salah satunya mengalami kenaikan, maka kemungkinan tarif listrik akan semakin tinggi. Jika tarif listrik semakin tinggi, akan merembet ke kenaikan biaya produksi listrik itu sendiri

3. Kebijakan pemerintah, khususnya pemberian subsidi dan juga pajak (pajak karbon yang dibebankan ke konsumen)

4. Negara dengan cadangan minyak dan gas alam yang melimpah sudah pasti tarif listriknya lebih murah

5. Keterbatasan infrastruktur apalagi di daerah terpencil

6. Biaya konsttruksi pembangkit listrik baru dan pemeliharaan diperhitungkan saat menentukan tarif akhir

7. Margin keuntungan dari perusahaan. Margin keuntungan menjadi berat jika perusahaan berutang besar dan bisa saja membebani tarif akhir. Contoh nyata ya tarif kereta api jarak jauh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) yang semakin ke sini semakin mahal ternyata imbas dari utang besar dari proyek kereta cepat Whoosh walau nyatanya itu belum cukup untuk melunasi utang tersebut

8. Daya beli masyarakat. Faktor ini yang terkadang bukan menjadi prioritas dengan dalih menyelamatkan perusahaan dan menjaga kelancaran distribusi listrik itu lebih penting.


Demikian artikel saya, silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan dan kemanusiaan, full text english), ketiga (tentang masalah dan solusi kelistrikan), serta keempat (tentang hewan peliharaan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya: 

Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com

Blog 3: listrikvic.blogspot.com 

Blog 4: petsvic.blogspot.com