01/07/2021

Estimasi Tagihan Listrik jika Tarif Listrik Naik

Pada awalnya, pemerintah berencana melakukan penyesuaian (alias kenaikan) tarif listrik mulai tanggal 1 Juli 2021. Namun, akhirnya dibatalkan dengan mempertimbangkan ekonomi nasional, kekuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta kondisi masih sulit akibat pandemi Covid-19 (sumber: minews.id). Tentunya hal tersebut menjadi berita menggembirakan bagi masyarakat yang mayoritas masih berjuang untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Pemerintah pun tetap akan memberikan kompensasi kepada pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN), stimulus, dan diskon tarif listrik yang tentunya akan disosialisasikan juga untuk meningkatkan produktivitas pelaku usaha dan membantu pelanggan listrik kelas menengah ke bawah. Hal ini penting untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan ujung-ujungnya memulihkan perekonomian nasional.


Namun, masyarakat harus bersiap jika suatu saat saat kondisi ekonomi Indonesia pulih, pandemi Covid-19 berakhir, dan daya beli masyarakat membaik, PLN akan menaikkan tarif listrik mengingat PLN pun punya alasan tersendiri:

1. Sudah beberapa tahun tidak terjadi kenaikan tarif listrik, sementara biaya operasional PLN semakin tinggi tiap tahunnya dan diperparah kondisi pandemi Covid-19

2. Subsidi dari pemerintah mulai dikurangi

3. Proyek raksasa PLN yang berbiaya sangat tinggi membuat PLN harus berutang sampai Rp. 500 triliun😱 

(sumber: finance.detik.com).

 

Tentunya harus ada estimasi tagihan listrik agar semua pelanggan listrik, mulai dari kalangan masyarakat, bisnis, industri, dan sektor pemerintah) agar semua pelanggan listrik siap mengantisipasinya. Adapun Estimasi tagihan listrik jika terjadi kenaikan tarif listrik:

1. Golongan R-1/TR (Rumah Tangga/Tegangan Rendah) pelanggan daya 900 VA (Volt Ampere)

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1352 per kWh (kiloWatt Hour), setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 18 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 147 ribu per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 165 ribu per bulan 


2. Golongan R1/TR pelanggan daya 1300 VA

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 11 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 219 ribu per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 230 ribu per bulan 


3. Golongan R-1/TR pelanggan daya 2200 VA

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 31 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 402 ribu per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 433 ribu per bulan


4. Golongan R-2 (Rumah Tangga-2)/TR pelangan daya 3500-5500 VA

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 31 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 639 ribu per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 670 ribu per bulan 


5. Golongan R-3/TR pelanggan daya > 6600 VA

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 101 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 2,05 juta per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp.  2,151 juta per bulan 


6. Golongan B-2/TR (Bisnis Besar/Tegangan Rendah) pelanggan daya 6600-200000 VA atau 200 kVA (kilo Volt Ampere) 

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1515,72 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 181 ribu per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 3,65 juta per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp.  3,871 juta per bulan


7. Golongan B-3/TM (Bisnis Besar/Tegangan Menengah) pelanggan daya >200 kVA 

 Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. 1114,74 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1272,45 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 33,15 juta per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 234,32 juta per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp.  267,47 juta per bulan


8. Golongan I-3/TM (Industri besar/Tegangan Menengah) pelanggan daya >200 kVA 

Estimasi:

Sebelum kenaikan: Rp. 1444,70 per kWh, setelah kenaikan: Rp. 1272,45 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 54,01 juta per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 381,8 juta per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 435,81 juta per bulan


9. Golongan I-4/TT (Industri Besar/Tegangan Tinggi pelanggan daya 30000 kVA

Estimasi:

- Sebelum kenaikan: Rp. ,74 per 996kWh, setelah kenaikan: Rp. 1184,90 per kWh

- Rata-rata kenaikan: Rp. 2,87 miliar per bulan

- Rata-rata pembayaran tagihan listrik selama ini: Rp. 381,8 juta per bulan

- Tagihan listrik setelah kenaikan: Rp. 18,09 miliar per bulan

(sumber: money.kompas.com dan cnnindonesia.com)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin besar daya listriknya, maka semakin tinggi estimasi kenaikan per bulannya. Sementara untuk pelanggan listrik 900 VA dan 1300 VA estimasi kenaikan per bulannya tidak terlalu signifikan.


Untuk perhitungan sederhananya (sebelum dan sesudah kenaikan tarif listrik), saya mencoba menghitung tarif listrik per bulan dari pemakaian satu barang elektronik penting yang dipakai 24 jam nonstop, seperti kulkas 2 pintu di rumah saya:

Daya listrik kulkas 2 pintu: 120 Watt

Daya listrik rumah: 2200 VA 

Tarif listrik 1 kWh sebelum kenaikan: 

Rp. 1444,70

Tarif listrik 1 kWh setelah kenaikan: 

Rp. 1515,72


Rumus perhitungannya per bulan

Daya listrik x 24 jam x tarif 1 kWh x 30 hari

                  1000


Tagihan sebelum kenaikan:

 120 watt x 24 jam x 1444,70 x 30 hari 

              1000

           = 2,8 Kwh x 1,444,70 x 30

           = Rp. 121.548,00

Tagihan setelah kenaikan

120 watt x 24 jam x 1515,72 x 30 hari

              1000

           = Rp. 2,8 Kwh x 1515,72 x 30 hari

           = Rp. 127320,48

Jadi akan ada selisih Rp. 5772,48 untuk tarif pemakaian listrik per bulan pada satu barang elektronik saja yang dinyalakan 24 jam nonstop, yaitu kulkas 2 pintu.


Jangan lupa untuk lapor meter listrik, tagihan langsung turun secara mandiri tiap tanggal 24-27 tiap bulannya dan sebelumnya foto stand meter listrik tiap awal bulan. Maka, akan dipertimbangkan ke tarif rekening listrik bulan berikutnya. Lapor meter listrik secara mandiri menjadi keharusan mengingat keterbatasan petugas pencatat meter listrik di lapangan dan mengantisipasi tagihan listrik melonjak.


Artikel blog kelistrikan ini juga dimuat di situs berita online viva.co.id .


Silakan mampir juga ke blog saya yang  pertama (tentang hewan, hukum, inovasi, manajemen, & sepak bola), kedua (tentang, kesehatan dan kemanusiaan, full text english), dan keempat (tentang hewan peliharaan). Semoga bermanfaat. Thx. Berikut link-nya:


52 komentar:

  1. Informasi yang bagus pak, dan sekaligus juga mengedukasi pembacanya agar paham mengapa misal tagihan listrik bisa naik mendadak juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setidaknya jadi paham rumus menghitung tagihan listrik, bisa dimulai dari 1 item/barang elektronik dulu, yang sifatnya dipakai 24 jam terus menerus. Semoga bermanfaat.

      Hapus
  2. Selisih Rp 5 ribu untuk pemakaian 1 kulkas 24 jam nonstop. Biasanya ada dispenser juga untuk pemakaian 24 jam. Lalu yang cukup boros juga pemakaian mesin cuci dan pompa air

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Akan lebih boros jika dinyalakan bersamaan. Misal mesin cuci dan pompa air. Dengan estimasi di atas, akan ketahuan tagihan listrik wajar atau tidak. Tentunya harus komplain jika tidak wajar kenaikannya

      Hapus
  3. Informasinya akurat sekali, terimakasih banyak ya pak, jadi inget 14 tahun lalu saya berkutat di IT sistem PLN, sebelum rekening cetak menjadi hari tersibuk karena takut ada kesalahan fatal apalgi pelanggan besar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2. Wah, pernah berkutat di bidang IT PLN ya, tentunya harus teliti kaitannya dengan penerbitan rekening listrik, mungkin juga berkaitan sistem kepegawaian, dan keluhan pelanggan yang tidak kalah rumitnya hehe..

      Hapus
  4. Thanks for sharing, jujur saja saya mumet kalau sudah masuk hitung hitungan. Intinya saya kaum makemak irit ini kalau listrik naik langsung menyesuaikan pemakaian sehari harinya saja. Misalnya kurangi nonton tv, jangan pakai ac, matikan lampi yang tak digunakan, kira kira begitulah cara untuk penyesuaiannya. Tapi syukurlah listrik ga ( belum ) naik kan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap. Berhemat listrik juga dilakukan dengan merawat secara berkala tiap 6 bulan atau setidaknya setahun sekali, misal servis AC. Seringkali boros karena kurang dirawat. Lalu baiknya tidak mengoperasikan mesin cuci dan pompa air secara bersamaan, karena keduanya memiliki watt yang cukup besar. Ga jadi naik, tapi harus bersiap jika pandemi berakhir karena PLN sudah kewalahan hehe...

      Hapus
  5. Rumahku masih 1300 va, naiknya nggak bikin kaget 😀 mungkin harus belajar untuk mengurangi ketergantungan dengan barang elektronik, misalnya masak nasi nggak pakai rice cooker.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1300 va naiknya di kisaran 11 ribu. Penting juga berhemat listrik dan merawat barang elektronik secara berkala. Kalau rice cooker sepertinya tidak terlalu besar watt nya, tidak seperti kulkas atau AC.

      Hapus
  6. Jangan naik dululah tarif listriknya. Rakyat sedang engos2-an. Mosok PLN tekor sampai ngutang. Selamat malam, Mas Viky.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Proyek raksasa PLN memang menjadi misteri kenapa bisa meninggalkan utang yang sangat besar hehe... Ada kekhawatiran nantinya akan dibebankan ke pelanggan melalui kenaikan tarif listrik. Semoga salah

      Hapus
  7. Manfaat banget nih buat yang punya usaha. Biar bisa hitung2 pemakaian. Kalau yang skala rumah tangga seperti kami. Sejauh ini masih sangat terjangkau. Kalau pun ada kenaikan gak begitu signifikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, buat usaha dan rumah tangga tentu terpisah klasifikasinya. Mulai dari daya listrik dan biaya per kWh saja sudah berbeda. Untuk saat ini tentu saja pemerintah masih harus mensubsidi

      Hapus
  8. Baru tahu kalo ada listrik golongan R-2 dari 3500-5500 VA, itu kayaknya buat rumah tingkat tiga kali ya.😁

    Kalo aku pakai 900 VA, Alhamdulillah tidak terlalu berat sih cuma 150-200 ribu tiap bulan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Rumah artis atau pengusaha kelas kakap mungkin. 900 VA segitu masih wajar

      Hapus
  9. Wah, serinci itu ya membuat perhitungan estimasi tagihan listrik apabila TDL naik. Wah, saya nggak terpikir ke arah sana dan rasanya sudah terlalu pusing gimana mau hitungnya.

    Terima kasih banyaaak, jadi tahu cara melakukan perhitungannya seperti apa. Kapan-kapan, mau coba hitung juga nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba hitung yang sederhana dulu seperti tarif listrik dari pemakaian kulkas, dispenser, atau AC. Semoga bermanfaat

      Hapus
  10. Oh .... seperti itu perhitungannya :) Di rumahku sih listriknya 2.200 VA. Cater datang tiap bulan kok. Ya memang tergantung pemakaian alat elektronik ya, tagihan pembayaran listriknya. TFS mas Vicky :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. 2200 VA itu tagihan di kisaran Rp. 402 ribu. Kalaupun tarif naik di kisaran Rp. 433 ribu. Kalau sampai 2 kali lipat tentu harus ditelusuri apa ada pemakaian listrik di luar batas kewajaran, barang elektronik rusak tapi tetap dipakai, tidak lapor meter listrik via wa, atau memang kesalahan PLN. Semoga bermmanfaat

      Hapus
  11. Our bills in Scotland keep going up and up and up!

    BalasHapus
    Balasan
    1. electricity consumption when a lot of people are at home, of course, electricity rates increase and that applies in many countries. However, we must be vigilant if the rate increase is not reasonable

      Hapus
  12. Olá,
    Eu não respondo porque não sei a sua língua para traduzir.
    Obrigada
    Lua Singular

    BalasHapus
    Balasan
    1. desculpe, a tradução está apenas no site, não na versão móvel, a posição fica no meio à direita

      Hapus
  13. Hello!! such an interesting and well written post, thanks for sharing.

    Blessings!!

    BalasHapus
  14. Muy interesante te mando un beso

    BalasHapus
  15. Terkadang ada celah pemakaian listrik memang meningkat tapi di sisi lain pencatatan meter atau meterannya tidak akurat sehingga merugikan pelanggan. Jadi aja naiknya keterlaluan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Banyak faktor juga. Terkadang meteran listriknya sudah jadul dan kurang akurat. Sehingga wajib diganti juga (biasanya minta ke PLN ganti gratis)

      Hapus
  16. The hubs pays the bills so I have no idea what our rates are like but I do know he always complains when I use the air-fryer excessively!

    BalasHapus
    Balasan
    1. may often be used for cooking from scratch, not just warming food. Of course it makes electricity wasteful. Other electronic goods such as refrigerators and dispensers also have the potential to waste electricity

      Hapus
  17. Hai Vicky!
    Basis energi dunia sedang runtuh. Kenaikan tagihan untuk konsumen adalah salah satu peringatan bahwa konsumsi harus dikurangi, tetapi seolah-olah segala sesuatu di sekitarnya tampak tersumbat. Brasil juga mengalami masalah dengan pembangkit listrik tenaga airnya. Baik di sini maupun di sini, kami mengalami kesulitan.
    Beberapa terkait dengan pandemi dan lainnya, karena pengabaian sederhana dari penguasa sebelumnya.
    Maaf jika ada kesalahan penulisan, karena saya menggunakan penerjemah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah sharing. Permasalahan listrik memang permasalahan global. Sudah saatnya harus menciptakan sumber alternatif agar ke depannya tarif listrik bisa lebih terjangkau. Di Indonesia listrik dimonopoli satu perusahaan, sehingga seperti berkuasa sendiri akibat tidak ada kompetitor yang sehat

      Hapus
  18. So great post

    Kisses
    www.pimentadeacucar.com

    BalasHapus
  19. Hadir dan ikut menyimak, Pak Viky. Selamat malam.

    BalasHapus
  20. Obrigada por partilhar
    Seja muito bem-vindo!

    BalasHapus
  21. Mudah2an setelah kita melewati pandemi, tarif listrik ga naik drastis ya. Sudah bagus ada d=subsidi seperti sekarang, kasihan masyarakat golongan bawah. Semoga sehat selalu, Mas Vicky :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. tapi tetap ada kekhawatiran tahun 2022, suka tidak suka, saat pandemi mulai mereda dan ekonomi nasional membaik (walau tidak menyentuh ekonomi rakyat kecil hehe..), tarif listrik kemungkinan naik. Semoga saja subsidi tepat sasaran tetap ada. Thx, berkah dan sehat selalu Bu Nurul sekeluarga. Aamiin

      Hapus

1. Silakan berkomentar secara bijak
2. Terbuka terhadap masukan untuk perbaikan blog ini
3. Niatkan blogwalking dan saling follow blog sebagai sarana silaturahim dan berbagi ilmu/kebaikan yang paling simpel. Semoga berkah, Aamiin :)😇
4. Ingat, silaturahim memperpanjang umur...blog ;)😜